Pagi yang terlalu singkat , saat sebuah alarm tak gaduh
membangunkan tidurnya yang juga singkat. Kamarnya masih menampung sisa rokok
semalam, berserakan selayaknya sampah. Disampingnya tergeletak sebotol bir yang
tak habis, ia memang bukan penikmat minuman seperti itu, tapi ia bersikeras
menenggaknya, sebuah alasan yang tak keren sebenarnya, saat kau menyadari bahwa
impiannya bertahun – tahun, hancur dalam sebuah kedipan gadis pujaannya.
Sebuah malam panjang, tempat tenang penuh kenangan, dan
ribuan harapan yang bakal tertanam, membuatnya melangkah mantap menuju masa
depan. Dua tangan tergenggam yang dia harapkan, sudah terbayang begitu malam
ini usai, sebuah keyakinan yang akhirnya membuatya mati, mati terduduk dimakan
harapan, harapan bodoh yang dibuatnya sendiri, menuju dia, menuju akhir yang
tak berbalas, menyedihkan.
Hidup memang tak adil, untuk dia yang tak mau berterus
terang. Tuhan yang mengajarkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar