Minggu yang janggal, ketika akhirnya sebuah pertemuan itu
diakhiri.
Lesung pipitnya masih menekuk sempurna, arlojinya berdetak
sesuai jatahnya, tangan merambah mata,
menutupi kesedihan.
Hari yang dia pikir istimewa sudah dilewati, dengan bermacam
fakta yang akhirnya membuatnya urung tertawa, dua jam dari sekarang adalah hal
terberat, melepasnya dalam dua kedipan saja.
Masih teringat jelas senyum lepas di wajahnya, bertemu tidak
sengaja, berkenalan tanpa rasa. Dia dewasa, dengan berbagai penampakan yang
nyata, saat itu ia tersadar, akan sebuah cinta yang harus binasa.
Ponsel ini menderu perlahan, ada namamu disana, pertanda
sebuah rindu yang memanggil. Tak dinyana, itu hanya bualan halus yang berkedok
selamat tinggal.
Becak Yogya kadaluwarsa ini, mengantarkanmu pergi. Menjemput
masa depan pilihan orangtuamu. Tinggal dia disini, bersama kesepian lagi yang
seperti abadi.
Menatap punggungmu dari belakang adalah naluri,
“Mengapa kau harus datang ?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar