Hari minggu, 19 Februari 2012.
Hujan mengguyur siang,sampai malam. Membasahi Yogyakarta di segala penjuru.
Memuntahkan dingin serentak. Sopan sekali si hujan. Merusak jadwal bertemu ku
dengan si pujaan hati.. hahahaa
Hari itu aku bertemu Arini, gadis
tak beruntung yang sudah kupacari bertahun-tahun. Minggu memang hari kita untuk
bertemu, setelah 6 hari dijanjikan hidup dengan rutinitas masing-masing.
Sederhana sekali. Aku memacu motor ku dengan memboncengnya, di balik jas hujan
silver. Sepintas kami mirip Panji Manusia Millenium.
Aku menuju salah satu mall tua di
tengah kota, melihat-lihat hiruk pikuk orang yang tak kutahu sedang mencari
apa. Setelah sampai, kutaruh motor di basement ground, lengang sekali.
Orang-orang yang kutemui tampak sama, mereka kehujanan. Kami hanya hilir mudik
melihat-lihat barang yang itu-itu saja. Walau akhirnya Arini hanya membeli dua
pasang kaos balita untuk keponakannya, malam itu terasa sangat tidak biasa.
Karena hujan, karena jas hujan, dan karena
sebuah cerita. Kami mampir di sebuah kafe, memesan makanan pengganjal perut,
dan menceritakan kisah selama seminggu. Nothing special, karena
rutinitas itu sudak agak biasa bagi kami.
Pukul 21.00, aku mengantarnya ke
kos lama. Sebelum aku pamit pulang, kami sempat bercerita singkat. Kali ini
topiknya agak sensitive. Tentang temannya kerja yang menaruh hati padanya. Aku
menarik nafas, dan kudengarkan ia bercerita. Ya, lelaki mana yang tak terganggu
saat pujaan hatinya ditaksir orang lain, walaupun aku sendiri tak begitu ambil
pusing, karena aku yakin, gadisku tidak menggubris. Dia bercerita dengan agak
emosi, karena teman kerjanya menyukainya secara terang-terangan. Arini pun
pernah menolaknya secara terang-terangan, karena selain dia sudah punya aku, ia
juga sama sekali tak menaruh hati pada teman kerjanya yang bagiku sangat
menyebalkan itu ( yaiyalah). Arini pernah membentaknya, memarahinya, dan bilang
secara gamblang tentang ketidaksukaannya. Teman kos nya pernah menasihati kalau
sikapnya terhadap si cowok itu berlebihan, jahat, dan keterlaluan. Bilang
secara langsung kalau dia tidak suka itu bagi kaum perempuan seperti hal yang
kejam, walau aku pikir, perempuan, dalam kesadaran yang normal, bisa lebih
kejam daripada itu. Hal itu tentu bisa menyakiti si penyuka. Walaupun dia dalam
posisi yang kurang benar. Menyukai gadis non-single. Tahukah kamu , bahwa
teman kos yang menasihatinya tadi ternyata sering jalan berdua dengan teman
kerjanya juga, dan mereka sudah mempunyai pasangan masing-masing. Ya, kaca
memang kadang rentan pecah. Karena jarang dipakai berkaca dan akhirnya usang. Well,
itu deritanya, aku tak ambil pusing.
Terus terang saja, aku menyukai
kejujuran seperti itu. Kalau boleh aku berpendapat, aku ingin mengajukan sebuah
fakta tentang petikan cerita tadi, tentang cewek, kecenderungan sifatnya, dan
sebuah ironi.
Disadari atau tidak, benar atau tidak,
aku hanya bisa membedakan tipe cewek yang sedang ditaksir lawan jenisnya. Tipe
pertama adalah tipe TTP (to the point), dan tipe kedua adalah tipe SBH (SlowButHurt).
Tenang saja kawan, itu hanya sebuah istilah asal yang aku buat sendiri, tak
perlu risau aku dituntut gara-gara plagiasi.
Oke, mari kita bahas tipe
pertama, yaitu tipe TTP. Tipe ini cenderung berpikiran panjang, blak-blakan,
dan aku yakin jumlahnya sudah langka. Cewek tipe seperti ini adalah tipe-tipe
serius. Ketika ia ditaksir seseorang tapi ia sudah punya pasangan, ia akan
secara terus terang bilang apa adanya, dan bilang kepada si cowok agar
menjauhinya, agar tidak terdorong lebih jauh, agar ia tidak terlanjur jatuh
cinta. Ia akan serta merta menolaknya di
awal kepada si cowok. Walau sekilas kelihatan kejam, justru inilah sikap yang
diharapkan banyak cowok. Seperti istilah, take it or leave it. Sebuah
hubungan yang sudah terlarang, harus secepatnya diakhiri. Selesai
Akan tetapi, cewek dengan tipe
SBH, tidak akan menyetujui paradigma seperti itu. Mereka punya kepribadian
sendiri. Seperti ini kawan, cewek tipe kedua ini justru menganggap to the
point itu kejam, dan ia akan lebih memilih menunggu untuk ditinggalkan.
Mereka tidak tegas, cenderung bermuka dua, and you have to believe me,
mereka jauh lebih kejam dari tipe pertama. Kalau mereka didekati dan disukai
cowok, saat ia sudah punya pasangan, cewek tipe ini akan menyambutnya dengan
senyum. Mereka bersikap baik, mereka menanggapi semua sikap si cowok dengan
suka cita, tak pernah tak mau saat diajak pergi dan ia tak pernah memperlakukan
si cowok dengan buruk, ia takut melukai hati si cowok kalau ia berterus terang
tentang keadaan yang sebenarnya. Ia tak mau dimusuhi dan dijauhi si cowok itu,
di lain sisi, ia tak mau kehilangan kekasihnya yang sesungguhnya. How
arrogant she is . Istilah familiar
yang biasa kita kenal adalah cewek dengan seabrek harapan. Kita tau lah, cowok
mana yang tak suka saat sms nya selalu dibales, telponnya selalu diangkat,
gurauannya selalu ditanggapi, dan ajakan makan malamnya selalu disanggupi. Tapi
diatas semua itu, saat si cowok mengungkapkan isi hatinya suatu hari, cewek ini
akan menjawab seraya menangis, “maaf aku udah punya cowok, aku Cuma gamau
nyakitin kamu” jegerrrrrrrrrrrrrrrrr.. justru sikapnya selama ini yang lebih
menyakitkan. A fake hope, sebuah harapan palsu. Saat mendengar jawaban itulah, si cowok
serasa tertusuk duri sepanjang 25 meter. Ditimpa menara Eiffel, dan terbawa
banjir lahar dingin, Rasanya campur aduk, dan yang pasti, sakit sekali. Yes,
maybe it could be forgiven, but not forgotten.
Kalau kita analogikan, cewek tipe
pertama adalah ibarat balon gas dengan gas yang sudah tipis, saat ia membawa
kita terbang, dan akhirnya kehabisan gas, ia akan jatuh, tapi sakitnya hanya
sebagian kecil saja, karena ia belum terlalu tinggi terbang, ia terhempas saat
akan naik, dan hanya butuh waktu sebentar untuk recovery.
Sementara cewek tipe kedua adalah
balon gas dengan helium full. Ia akan bisa membawa kita terbang kemana saja,
setinggi apapun, tapi saat ia kehabisan gas di ujung angkasa sana, ia akan
jatuh dengan luka yang sangat lebar. Parah, bahkan pingsan berbulan-bulan, dan
lebih parahnya, mati. Mati dengan membawa segumpal penyesalan. Akan butuh waktu
lama untuk sembuh, kalaupun sembuh, ia tak akan bisa seutuh dulu. How dare..
Yah, itu hanya analogi saja. Yang
pasti, itu adalah sebuah wacana dariku saja, setelah beberapa hari lalu aku
kepikiran untuk mengangkatnya sebagai topic utama. Cewek, menanggapi sesuatu
dengan hati, cowok, menafsirkan semuanya berdasarkan logika. Kata Raditya Dika,
cinta mungkin buta, dan kita hanya membutuhkan a fit-glasses, kacamata yang
pas.
Aku menutup minggu ku dengan salam rindu, melepasnya ke gunung untuk mencari nafkah, untuk masa depan kita nanti. Aku mengharapkannya setia sampai mati, dan aku akan belajar untuknya tentang hal yang sama.
See you next Sunday. With
another story…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar