Sabtu, 21 Mei 2011

Jika hari esok tak lagi ada kamu

Tulisan ini kutulis bukan untuk mengungkit masa lalu. Hanya sekedar memoar hidup. Setidaknya dalam hidup kita pernah ada orang yang berharga, yang punya nilai untuk dicintai, sekalipun tak berbalas. Aku masih ingat ketika hari itu di tengah stadion kuajak matanya melihat rembulan berbarengan, empat tahun yang lalu. Matanya sayu, redup, sedikit senyum tersungging. Aku tak tahu apa yang dirasanya, dan aku tak berani berkesimpulan sembarang. Barangkali ia resah karena tak kunjung dijumpainya sesuatu yang menarik pada sosok yang menemaninya malam itu, aku. Keraguanku membesar, mulut terdiam, peluh membunuh, dan aku tak bergerak, tak tau harus berbuat apa. Hanya suara serak tak bermakna yang akhirnya kukeluarkan hanya demi memecah sunyi yang terlanjur menyeruak keluar. Dia tau aku menunggu, dan aku tak tau dia menunggu. Dia menyembunyikan sesuatu, sesuatu yang di masa depan akan menyadarkanku nantinya akan kebodohanku hari itu...Dia istimewa, tapi dia menganggapku tidak. Dia tersenyum, tapi aku tidak mengartikannya senyum. Senyum itu palsu pikirku. . sampai sekarangKututup malam itu dengan candaan datar, dan dia kembali tersenyum. Apa yang kutakutkan dari hari ke hari semakin jelas,, ya, jika hari esok tak lagi ada kamu..Aku jadi apa? Kalimat itu jauh menggemaku bahkan setelah akhirnya dia pergi. Dan jarang lagi menolehku barang sekali saja.Sosoknya hilang, dan seiring pula harapan ini padanya...Masih ingat kala itu aku menginjakkan kaki pertama kali di bangku kuliah, menjumpai hal baru, benar-benar baru.. Aku mengenal kawan baru, dan kau tau rasanya? Ya, ini tidak buruk. Dan aku menikmatinya. Hari hariku diisi kegilaan luar biasa, aku menemukan duniaku lagi. Dunia yang pernah kutinggalkan sejak aku terpuruk, lebih tepatnya terpaksa terpuruk, bodoh sekali aku.Sampai kutemukan sosok cantik itu, senyumnya polos, tapi menghiburku. Dia menyambutku, dengan ramah dan tidak dibuat-buat. Aku ingat saat sore hari kuliah usai dia memintaku mengantarnya pulang, lucu ya ? :) Aku menemukan kembali hidup di depannya, aku menemukan gairah lagi untuk membuka hati. Saat pertama kalinya kuungkapkan ini dan dia menyambutnya, aku sangat senang. Perlahan tapi pasti, dia mengubahku. Barangkali Tuhan memang memberikanku yang lebih baik, jauh lebih baik dari yang dulu.. Aku bersyukur atas itu.Dia mengoreksi kekuranganku, mengingatkanku tanpa lelah, dan memilih ada di dekatku saat aku menyuruhnya pulang karena hari akan hujan. Sepele memang, tapi itu berharga. Tiga tahun lebih sejak hari itu, aku masih bersamanya... Dia bukan pengganti, tapi dia lah orang yang tepat. Dia bukan datang untuk menggantikannya, tapi dia datang untukku. Dia memang sering menangis, dan aku benci. Namun akhirnya aku sadar, terlalu sedikit orang yang mau menangis bahkan untuk sosok tidak penting sepertiku, aku mulai memahami itu. Aku berjanji akan menjaganya Tuhan... dan kalimat itu, jika hari esok tak lagi ada kamu, sudah tak perlu lagi kupasang di hidupku, karena aku yakin kamu selalu ada disini . .Tribute to : Arini Sari Murti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buta

Ceritanya bermula dari sebuah film, yang filenya sudah di laptopku dari tahun 2010, saat aku kuliah. Film yang mungkin semua orang sudah p...